Kamis, 10 Juni 2010

Beli, jual, amend, withdraw, match!!


Profesi di dunia pasar modal yang pernah saya jalani adalah profesi terbaik dalam hidup saya, selain menjadi ibu. Saya memulainya dengan menjadi dealer gallery dimana saya harus sabar menghadapi langsung para investor yang datang ke galeri saham megaci dan berteriak order beli ini, jual itu, amend ini, withdraw itu. Whewww!! Semua orang bisa panik jual dan beli di hari yang sama.
Bagian terbaiknya adalah ketika saya memasukan order langsung ke system remote trading dan MATCH! Berkejaran dengan waktu.. fiuuhh.. sangat beresiko, butuh kecepatan dan ketepatan. Hihi..
Pernah suatu hari, 1,5 menit menjelang penutupan pasar di sesi kedua, seorang nasabah order beli AALI di harga 19.300 3lot. Tak.. tik.. tuk.. ENTER.. MATCH! “AALI beli 19.300 30 lot match!”, begitu saya mengulang konfirmasi kepada nasabah.. daannn… wakwaaaawwwwww…. Dia kan Cuma beli 3 lot ya? Astaghfirullooohh…. Trading error lagi..
“Pak, saya trading error AALI beli di 19.300. kelebihan beli 27 lot.”, begitu saya melaporkan kejadian itu langsung ke deputi trading. “Langsung buang ke bid aja sekarang!”. Waktu tersisa tinggal 25 detik dan harus terjual! Tak ketik ketuk ketookk… Alhamdulillah, laku.
Itu hanya satu dari sekian banyak trading error yang pernah saya lakukan. Saking seringnya bikin berita acara trading error, hampiiirrr saja manajer internal control menelan saya bulat-bulat. Ketika itu, beliau masuk dengan tergesa-gesa dan berteriak di ruangan trading. “Triiii…. Anak buah lo yang namanya venty mana?!!!! Ajarin yang bener!!”. Saking takutnya, saya ngumpet dibawah meja dealer gallery yang lumayan tertutup.. huuufff… slameeettt….
Kunci menjadi dealer adalah tidak boleh panik, hati-hati, dan JANGAN PERNAH MASUKIN DI HATI semua omelan baik dari bos ataupun nasabah. Untungnya, bos saya orangnya asik. Kalo masalah kerjaan udah beres, ya udah. Jangan pernah diingat lagi apa yang terjadi, kecuali untuk pengalaman saja. Sempat menjadi broker juga cukup membuat saya sering dag dig dug.. Rasanya kecut-kecut seger.. kecut kalo market lagi sepi dan yang ada malah trading error bukan omzet. Haha.. segernya ya kalo market lagi bagus. Beli apaan aja untung dah! Learning by doing.. itulah yang saya jalani di sini, di megaci. BIG THANKS TO all crew in trading department. Terima kasih untuk pelatihannya selama 2,5 tahun. KAPTEN, Pak Triandhy, and all dealers without you, I’m nothing.

My beloved Blighted ovum..

Ngga pernah terbayang akan mengalami saat-saat seperti ini. Yang saya ingat Cuma 1 pesan mama, “Harus jadi wanita yang kuat!”.

Selepas membereskan kepindahan kami ke kota kecil ini, Curup, saya baru sadar kalau sudah terlambat haid hampir 3 minggu. Tespek. POSITIF! Waaww!! Setelah 6 bulan menunggu munculnya 2 garis, akhirnya datang juga.

2 hari kemudian kami mengunjungi dokter kandungan satu-satunya yang ada di kota ini. Dokter bilang, posisi kantung janin bagus, dan ada kemungkinan janinnya kembar. Beliau menyarankan kami untuk kembali lagi 2 minggu mendatang agar dapat dilakukan USG ulang dan memastikan kebenaran prediksinya. Usia kehamilan saya saat itu hampir 7 minggu.

Yang saya utarakan kepada dokter adalah keluarnya flek-flek selama 6 hari berturut-turut. Kadang hitam, coklat, dan merah. Beliau bilang itu tidak apa2, tidak bahaya, jadi kami pulang ke rumah dan akan kembali 2 minggu mendatang.

Keesokan harinya, flek masih terus keluar dan terkadang perut saya terasa seperti mau haid. Agak nyeri. Kejadian ini berlangsung hampir setiap hari dan membuat saya benar-benar istirahat total. Semua pekerjaan rumah dilakukan suami saya. Terima kasih ayah..

1 Maret 2010 pukul 14.30.. jantung saya seakan berhenti melihat darah begitu banyak keluar. Seketika saya menyuruh suami pulang. I know the baby has just passed away. Harus tetap terlihat tegar. Harus!

Sore hari kami kembali mengunjungi dokter untuk memeriksakan kandungan.. and.. the baby has gone..

It wasn’t there.. innalillahi wa inna ilaihi roji’un..

Kantung janin sudah mengecil dan rahim harus dibersihkan melalui jalan kuretase..

2 Maret 2010 pukul 06.30 di RB Dwi Sari, Lubuk Linggau. Dokter yang direkomendasikan banyak orang itu melakukan USG padaku. “Sejam lagi ya kuretnya.”

Pukul 07.30 saya memasuki ruang bersalin.. bismillahi tawwakaltu laa hawla wa laa quwwata illaa billaah..

Kuretase berjalan lancar.. Alhamdulillah..

Saat ini saya juga sudah pulih kembali.. Dan sudah tidak trauma lagi.. kejadian ini selalu menjadi pelajaran berharga buat kami.. untuk sabar dan ikhlas dalam menjalani keajaiban yang terjadi di bumi ini..

Rabu, 09 Juni 2010

bangganya jadi istri pegawai pajak..

Sebenarnya, bukan hal mudah menjadi seorang istri yang sempurna.
Apalagi, sebagai perempuan yang dibesarkan di kota besar seperti jakarta, depok dan sekitarnya. Hijrah kami ke kota kecil ini bisa dikatakan anugrah.

Banyak memang yang harus dikorbankan. Jabatan, karir, penghasilan, dan banyak yang bilang pendidikan tinggi yang ku ambil hanya berakhir sia-sia.
Beberapa sahabat menanyakan apakah menyesal mengambil keputusan ini?
Hemmm...

Heemmmm....

Sepertinya tidak. Aku cukup bangga dengan suamiku, dengan keluarga kecilku.
Meskipun kepindahan kami ke kota kecil ini, sungguh sering membuat aku menangis..
Tapi inilah hidup..
Menjadi istri seorang pegawai pajak..
Ketika sedang menata hidup, berita mutasi bisa tiba-tiba saja membuyarkan semua rencana.
Ketika di luar sana, orang2 meneriaki korps dimana suamiku bernaung di bawahnya..
Aku harus cukup menetralkan suasana hatinya..
Seperti pepatah yang sering ku dengar..

Di balik lelaki yang sukses, ada wanita tangguh di belakangnya..

Semoga aku bisa menjadi wanita tangguh itu.. Bismillah..

Setelah apa yang terjadi 19 juli 2009, maka prioritasku adalah suamiku.
Bukan pekerjaan, jabatan, atau apa pun..
Ada karier seumur hidup yang tidak akan membatasi usia pensiunku sejak hari itu..

Bukan mudah, hidup merantau jauh dari keluarga..
Baru saja kepindahan kami ke kota ini..
Aku harus kehilangan calon junior kami yang saat itu genap 2 bulan.. Harus melalui jalan kuretase.. Dan kami harus melintasi perbukitan tengah malam untuk mendapatkan rumah sakit yang layak..
Indonesia.. Sungguh pengorbananku pada mu harus meregang nyawa yaa...

Ketika di luar sana orang2 menyumpah serapahi pekerjaan suamiku..
Aku tetap bangga dia bisa tetap pada jalurnya.. Dan mengabdi kepada negara..
Meskipun, saat ini kami hanya mengontrak rumah petak yang halamannya begitu banyak ilalang..
Aku tetap bangga bisa mendampinginya bertugas di sini..

Pun aku tetap bisa makan 3kali.. Sering lebih.. Hehe
Cukup berpakaian
Cukup cemilan
Tapi suamiku cukup punya banyak cinta untukku..
Dan berlimpah waktu untuk berbincang sampai dini hari denganku..
Itu sudah cukup..

Ibuku.. Kartiniku..

“Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak perempuan, bukan sekali-kali, karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya, tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya; menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama.”(Surat Kartini ke Prof.Anton n Nyonya,1902).

Surat kartini.. Yang begitu menyentuh hati..

Tapi memang benar adanya, apa yang diutarakan Ibu Kartini..
Walaupun hanya menjadi Ibu Rumah Tangga..
Perempuan-perempuan di mana pun berada tetap harus mengenyam pendidikan
Kalau bisa setinggi mungkin..
Agar bisa membimbing calon generasi penerus menjadi generasi yang berkualitas, bermoral, dan berdedikasi..

Ehehe.. Agak berat yaa..

Coba bayangkan..
Pendidikan saat ini, menuntut seorang siswa untuk mampu menguasai materi pelajarannya sendiri
Berbeda dengan mereka yang bersekolah 10 tahun lalu..
Guru di sekolah akan mencurahkan setiap detail mengenai materi yang sedang dipelajari..
Jadi, kalau anak sekarang tidak bertanya kepada Ibunya.. Kepada siapa lagi?

Jangan diremehkan yaa profesi Ibu..

Tak heran mamaku menyuruhku mempelajari banyak hal.. Sampai-sampai terkadang aku dianggap mesin fotokopi yang bisa menyalin ke dalam memori otak tentang ini itu..
Dari matematika, bahasa, memasak, berhias..
Ternyata.. Sosok Ibu di mata anak.. Adalah segalanya..

Dari mulai bangun tidur.. Ibu harus menyiapkan semua keperluan anak dan suami..
Menyiapkan sarapan, dan perbekalan..
Kemudian menata rumah, memasak makan siang..
Membantu anaknya mengerjakan pekerjaan rumah..
Harus juga mampu mempercantik diri
Selain juga meladeni suami..
Yang lebih hebatnya, para perempuan yang juga berkarier..
Belum selesai pekerjaan kantor, harus memikirkan nanti malam mau menghidangkan apa..
Waaww... Sungguh pekerjaan yang tiada akhir..

Menjadi Ibu.. Ternyata tidak mudah..

Kalau anak sakit, ibu yang repot..
Kalau suami sakit, ibu juga yang repot..
Tapi kalau ibu sakit.. Pasti keseimbangan di rumah kacau balau..
Hehe.. Bener ngga?

Berbanggalah wahai kaum Ibu.. Emansipasi wanita yang dimaksud Ibu Kartini adalah..
Kesamaan dalam mengenyam pendidikan.. Bukan emansipasi asal-asalan..

Sehingga mengesampingkan karier utama perempuan sebagai Ibu.. Karier yang tidak ada batasan umur pensiun.. Jadi, siapkah anda menjadi Ibu seperti Ibu Kartini?